Kasih sayang dari pernikahan terlarang di jaman Romawi

Lonekeep
Ia memilih untuk menikahkan seorang serdadu Romawi, meski raja di jaman itu melarangnya. Ajaran kasih sayang itulah yang membuatnya dihukum mati. Detik-detik sebelum hukuman itu dilaksanakan, Ia menulis pesan yang menceritakan tentang keyakinannya pada kasih sayang sesame manusia. "Dari Valentinusmu," tulisnya.

Martir itu bernama Santo Valentinus. Baginya, larangan untuk menikah, meski itu dari seorang raja (yang pada jaman itu diidentikkan sebagai keturunan dewa), tidak layak untuk dituruti. Karenanya, Valentinus secara sadar melanggar larangan menikah yang digariskan oleh Raja Roma, Claudius II pada prajurit Romawi.



Di sebuah gereja kecil, Valentinus menikahkan pasangan yang saling jatuh cinta itu. Claudius II pun murka. Valentinus ditangkap, karena dianggap melemahkan Kerajaan Romawi dengan melaksanakan pernikahan pada prajurit. Tepat pada 14 Februari, Valentinus dieksekusi. Sebagai syiar terakhirnya, Valentinus menulis pernyataan cinta kasih.

Legenda

Itulah cerita yang paling banyak ditemukan dalam referensi tentang Valentine Day atau Hari Kasih Sayang. Sebagian orang mempercayai kisah itu, namun sebagian lain menganggapnya sebagai legenda semata. Manakah yang benar? Entahlah.

Yang pasti, dalam Ensiklopedia Katolik sendiri, mengenal berbagai versi Santo Valentinus. Setidaknya ada tiga santo (orang suci) yang disebut sebagai Valentinus. Yakni seorang pastur di Roma, seorang uskup asal Italia, dan seorang martir di Afrika. Dalam sebuah catatan, Hari Raya Valentine juga sempat dihapus sebagai sebuah usaha untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya berbasis legenda semata.

Namun yang terjadi di Irlandia justru kebalikannya. Pada tahun 1836, sebuah kerangka yang dipercaya sebagai kerangka milik Santo Valentinus disimpan dalam sebuah peti emas dan dimakamkan di areal Gereja Whitefriar Street Carmelite di Dublin, Irlandia. Sampai saat ini, gereja ini banyak dikunjungi umat Katolik yang percaya dengan sejarah Santo Valentinus.

Wikipedia.org mencatat, perihal cinta dan kasih sayang pada bulan Februari juga dikenal dalam kalender Athena kuno. Pada masa itu, Dewa Zeus dan Dewi Hera melangsungkan pernikahannya. Pernikahan itu diidentikkan dengan ‘kesuburan’. Baik dalam pernikahan, maupun dalam hal pertanian. Masyarakat Roma kuno memperingatinya sebagai Hari Raya Lupercalia.

Pada abad ke-14, warga Negara Inggris dan Perancis mempercayai tanggal 14 Februari sebagai waktu di mana burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis sastrawan Inggris, Geoffrey Chaucer. Karya itu begitu terkenal di jamannya.

Modern

Sejarah tentang Valentine Day yang tumpang tindih tidak membuat kepercayaan tentang Hari Kasih Sayang menjadi hilang. Menjelang abad ke XX, dimulai tradisi penulisan pernyataan cinta. Bahkan ada produksi kartu ucapan secara massal.

The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan, ada sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan pertahunnya sejak saat itu. Di Amerika Serikat, Valentine Day dimeriahkan dengan tradisi bertukar kartu dan hadiah.

Perayaan dan pemaknaan Valentine Day pun terus berkembang di seluruh dunia. Kini, dunia mengenal Valentine Day tidak hanya sebagai Hari Kasih Sayang secara romantis, melainkan kasih sayang universal untuk seluruh umat manusia. Berbagai tragedi yang terjadi di dunia mengukuhkan dunia memerlukan kasih sayang di dalamnya.

Happy Valentine's day!

Iman D. Nugroho | Jakarta | dari berbagai sumber