Semua karena Jokowi memilih hidup sederhana

Belakangan, Indonesia dikejutkan oleh ulah Walikota Solo, Joko Widodo atau Jokowi. Dengan bangga, Joko mengistirahatkan mobil Toyota Camry miliknya, dan beralih ke mobil “Kiat Esemka”, rakitan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Presiden SBY pun ikut berkomentar. Politisi dan menteri ikut-ikutan. Jokowi menjadi buah bibir,..

Bila ada anggapan masyarakat jenuh dengan berbagai peristiwa buruk, mungkin ada benarnya. Karena hal-hal seperti korupsi, tindak kejahatan, kerusuhan sosial dan berbagai kejadian serupa, seperti tak berhenti terjadi. Belum lagi dengan acrobat politik politisi dan aparat pemerintah, yang semakin menjauhkan masyarakat dari optimisnya berbangsa.


Di tengah-tengah kejenuhan itu, ada sosok Joko Widodo. Walikota Solo yang dikenal merakyat. Keberpihakannya pada masyarakat Solo, membuatnya dipuja sejak pertama menjadi Walikota Solo pada 2005. Dan dalam perjalanannya, puja-puji masyarakat pada dirinya seperti tiada henti, hingga awal 2012 ini mengukir sejarah melalui mobil “Kiat Esemka”.

Siapa Jokowi?

Tidak sulit menemukan figur tokoh yang meniti pendidikannya di Solo dan Yogjakarta ini. Data di media massa begitu banyak bercerita tentangnya. Mulai perjalanan awalnya di SD N 111 Tirtoyoso, SMP N 1 Surakarta, SMA N 6 Surakarta hingga menuntut ilmu di Fakultas Kehutanan Uiversitas Gadjah Mada, Yogjakarta.

Joko akrab dengan dunia eksportir meubel yang dijalaninya sejak 1988 hingga sekarang. Aktivitas itu jugalah yang membuat Joko mendirikan Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo pada 1990. Dunia bisnis juga yang membuatnya terpilih menjadi salah satu ketua di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surakarta, dan mendirikan Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta di awal tahun 2000.

Lompatan tertinggi laki-laki kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 ini adalah ketika dirinya terpilih sebagai Walikota Surakarta di tahun 2005. Sejak dipimpin Joko, Solo banyak mengalami perubahan di berbagai sektor riil. Begitu juga bidang layanan publik. Utamanya, saat Joko membuat keputusan untuk memudahkan pembuatan KTP bagi warga Solo.

Pendekatan pada pedagang kaki lima juga mengharumkan namanya. Joko memilih untuk ‘berdiri’ di pihak pedagang kecil, ketimbang pengusaha. Joko bahkan rela berbeda pendapat dengan Gubernur Bibit Waluyo tentang rencana pembangunan mall di bekas bangunan Pabrik Es Saripetojo. Joko menolalk rencana yang merupakan bagian dari desain besar pemerintahan provinsi Jawa Tengah itu. Tak mengherankan bila Jokowi merai dukungan 91 persen suara dalam Pilkada Solo.

Ngerock!

Keseharian Jokowi, jauh dari figure pejabat public kebanyakan. Bayangkan, ia menyukai lagu rock. Band-band favoritnya merupakan band-band berjenis grindcore maupun metal. Sebut saja Napalm Death, Fear Factory, Exodus, Black Sabbath, Metallica, dan Sepultura. Sebuah aliran “keras” yang unik bagi seorang Walikota.

Joko suka ngeluyur sendirian di Solo naik motor. Yang lebih mengejutkan, sejak pertama menjadi Walikota Solo, Joko tidak pernah sekali pun mengambil gajinya. "Saya selalu berpikir sederhana, dan berbuat juga sederhana," ujar Joko.

Kehidupan masa kecil Joko tidak jauh berbeda dengan anak-anak kecil lainnya pada masa itu. Tidak ada yang unik dan tidak ada yang istimewa. Hanya saja, ia selalu berusaha memberi contoh kepada yang lain. Karena itulah, Joko merasa tidak berbeda dengan rakyat Solo kebanyakan. Termasuk cara berpikirnya yang sederhana, khas rakyat kecil.

Prioritasnya adalah kondisi riil. Kondisi itu dijembataninya dengan media komunikasi. Beberapa kali Jokowi sukses melakukan lobi politik dengan pengusaha, dan mempertemukan kepentingan pengusaha dengan pedagang kaki lima. ‘Jembatan’ komunikasi versi Jokowi berupa forum-forum pertemuan.

“Di Solo, kami, antara lain, punya rembuk kampung (pertemuan dengan warga di tingkat kampung) hingga rembuk kutho (tingkat kota),” jelasnya. Dalam forum seperti itu, masyarakat bisa melontarkan kritik, pendapat, masukan, ide, gagasan, maupun evaluasi terhadap program dan kebijakan. Berdasarkan itulah, pemerintah melakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Keberhasilan memimpin Solo memang bukan isapan jempol. Salah satu inspirasinya adalah kota-kota di Eropa, benua yang pernah dikunjunginya saat menjadi pedagang meubel. Di mata Joko, kota-kota di Eropa selalu bersih, berbudaya, aman serta nyaman. Joko pun bertekad mengeropakan Solo, tanpa meninggalkan kesoloannya tentu.

Hasil pun mulai kelihatan. Pada Desember 2011, Solo mendapatkan penghargaan sebagai kota dengan udara terbersih se-Indonesia dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Selain penghargaan sebagai Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah, Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Kota Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan.

Bukan tidak mungkin, Museum Rekor Indonesia (Muri) akan memberinya penghargaan sebagai Walikota dengan mobil dalam negeri termurah. Siapa tahu,..

Fredy Wansyah | Solo