Haiya,.. Imlek, lampion dan pohon jeruk

CUCI NAGA. Foto by Zul Edoardo
Imlek tinggal beberapa hari lagi. Di berbagai tempat, geliat aktivitas mulai terasa. Dari bersih-bersih kelenteng, hingga riuh di lokasi penjualan atribut dan keperluan Tahun Baru Cina itu. Kawasan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat adalah salah satunya. Sejak awal Januari, warga Tionghoa ramai berbelanja.

Kawasan Petak Sembilan adalah daerah yang selalu ramai jelang perayaan imlek. Di tempat ini, berbagai keperluan perayaan Imlek tersedia. Mulai ikan, daging, sayuran, aneka jenis kue, baju, lilin hingga lampion. A Khiun, salah satu warga Tionghoa Jakarta, adalah salah satunya. Ia ‘tenggelam’ dalam aktivitas belanja Imleknya, belum lama ini.


Bagi wiraswasta ini, harga-harga di Petak Sembilan tergolong murah, bila dibanding mal atau pusat perbelanjaan lainnya. "Di sini lengkap banget. Dari yang paling murah sampai yang paling mahal ada. Harganya bisa ditawar lagi," katanya. A Khiun pastinya tidak sendiri. Setiap harinya, ribuan warga Tionghoa datang dan pergi untuk berbelanja di Pecinan ala Jakarta ini.

Kondisi ini tentu saja menguntungkan para pedagang. Wawan, salah seorang pedagang amplop dan hiasan Imlek menjelaskan, dalam sehari, dirinya dapat meraup keuntungan hingga Rp.500 ribu rupiah. Para pembeli umumnya membeli amplop sebagai tempat uang (angpao), yang dijual berkisar antara Rp.10 ribu-Rp.30 ribu rupiah perkotaknya.

Selain itu, gantungan dan hiasan khas China juga banyak laku. Perbijinya, dihargai antara Rp.25 ribu hingga Rp.150 ribu. Pedagang lampion, Rahmat mengaku, dalam sehari, omsetnya berkisar Rp.3 juta rupiah/hari. Jumlah ini akan meningkat saat hari Sabtu atau Minggu.

Lampion berbentuk bulat atau lonjong banyak diminati pembeli. Harga lampion kecil susun dua, dipatok Rp.65 ribu rupiah. Sedangkan harga lampion bentuk lonjong dan besar lebih mahal. Dijual seharga Rp. 350 ribu rupiah/ buah. Tentu saja harga-harga tersebut masih terbuka untuk ditawar.

"Karena banyak yang libur, biasanya sehari bisa dapat Rp.4 hingga Rp.5 juta rupiah," ungkap Rahmat. Itu pun, katanya, turun 5 hingga 10 persen dari tahun lalu.

Pohon Jeruk

Berkah Imlek juga mengalir ke kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Utamanya, para pedagang tanaman yang menawarkan pohon jeruk Shantang. Pohon jeruk yang buahnya digemari karena rasanya manis-asam dengan ukuran buah lebih kecil ini dipercaya membawa berkah. Bila, ditanam saat Imlek datang.

Suyatno, salah seorang pedagang tanaman di Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Selatan menjelaskan, menjelang Imlek, penjualan pohon jeruknya meningkat. "Sehari minimal bisa menjual 4-5 pohon," ujar Suyatno yang sudah berdagang jeruk dua tahun lalu.

Pohon jeruk yang dicari adalah jenis jeruk Kim Kiet atau kikit. Buah jeruk Kim Kiet sangat kecil dan tak berbiji. Rasanya pun asam-manis. Warga Tionghoa percaya, menanam pohon jeruk Shantang atau Kim Kiet dapat membawa keberuntungan serta mendatangkan kemakmuran bagi si pemilik pohon. Sejak awal Januari lalu pohon-pohon jeruk Kim Kiet ini banyak diimpor dari Taiwan.

Harganya lebih mahal dari harga pohon jeruk Shantang. Jika harga pohon jeruk Shantang berkisar Rp. 200 ribu hingga 1 juta rupiah, pohon jeruk Kim Kiet dijual dengan harga Rp.800 ribu hingga Rp.1 juta rupiah per pohon. Itu masih memperhatikan tinggi pohon dan banyaknya buah. Lagi-lagi, harga tersebut masih bisa ditawar.

Para pembeli umumnya mencari pohon yang tinggi. Bahkan, ada yang rela memesan. Suyatno adalah salah satu yang kebanjiran pesanan. Biasanya, pembeli memborong 3 hingga 5 pohon sekaligus, dan dikirim atau diambil sendiri untuk ditempatkan di kantor-kantor, toko atau tempat usaha lainnya. Berkah kemakmuran diharapkan ‘tersiram’ di lokasi yang memelihara pohon ini.

Pohon jeruk jenis Kiem Kiet juga tidak rewel dalam perawatan. Syaratnya, daun-daun yang mati segera dibuang dan rajin disiram air serta diberi pupuk. Bila itu dilakukan, pohon jeruk pun hampir pasti tumbuh subur. Bagi Anda yang merayakan Imlek, sudah lengkapkah semua persiapan?

Nurakhmayani | Jakarta